Rabu, 17 Februari 2010

Makna Historis hari Valentine

Sebagaimana layaknya sebuah hari raya yang dinanti dengan sejumlah perasaan gembira oleh penganut agama tertentu, Valentine’s day pun selalu disambut hangat oleh pemujanya setiap tahun. Hal ini tampak pada ragam persiapan berikut serangkaian acara yang mengiringi peringatan hari yang romantis ini.
Secara historis Valentine's Day (hari Valentine) yang jatuh pada 14 Februari, merupakan sebuah hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan isi hatinya. Tradisi warisan masyarakat Dunia Barat ini, diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "Valentines".
Peringatan Hari Valentine awalnnya merupakan tindak penghormatan atas jasa seseorang bernama Santo Valentine. Beliau adalah seorang pastor yang hidup di tengah kekuasaan Kaisar Claudius II di Romawi yang terkenal sangat kejam. Dalam menjalankan rezim otoriter yang dipimpinnya, konon sang kaisar sangat mementingkan kekuatan militer tangguh.
Untuk kepentingan itulah maka para pemuda dianggap sebagai aset yang akan dibina menjadi prajurit yang perkasa. Bahkan merek ayang telah berusia 20 tahun, wajib baginya mengucapkan sumpah setia untuk membela tanah air. Masuk menjadi seorang tentara bagi para pemuda pun menjadi sebuah kemutlakan dan larangan kawin juga diberlakukan.
Peraturan yang dianggap telah merampas hak dan keinginan setiap insan untuk membina rumah tangga inilah, yang menyebabkan lahirnya kecenderungan banyak pasangan yang menikah secara diam-diam dan tersembunyi. Dalam kejadian inilah Santo Valentine (Sanit Valentino), bertindak sebagai pembela dan menikahkan banyak pasangan muda-mudi yang saling mencintai.
Perbuatan terlarang ini, pun akhirnya diketahui oleh sang kaisar dan bukan main murkanya. Akhirnya, Santo Valentine dihukum mati dan kepalanya dipenggal oleh algojo sang kaisar hingga akhirnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir tepat pada tanggal 14 Februari. Peristiwa kematian inilah yang kemudian dianggap sebagai momentum sejarah yang harus diperingati.
Pada abad XIV di Inggris da Perancis, hari raya Santo Valentinus dihubungkan dengan cinta romantis yang diyakini bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Hal ini dapat kita jumpai dalam karya sang sastrawan Inggris ternama sekaliber Geoffrey Chaucer yang menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa: For this was sent on Seynt Valentyne's day (Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus). When every foul cometh there to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya).
Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad XIV konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Roda waktu pun terus bergulir dan kekaburan mengenai kepastian tahun peristiwanya pun terjadi kecuali yang masih teringat adalah tanggal kejadiannya. Bahkan pemaknaan terhadap hari yang dianggap bersejarah ini pun bervariasi berdasarkan tradisi yang berkembang pada masing-masing masyarakat di berbagai tempat.
Menurut catatan sejarah bahwa dalam kurun abad XV dan XVI di Eropa, timbul kencencerungan memperingati hari Valentine dengan serangkaian acara yang didesaian seromantis mungkin. Sebut saja pesta dansa yang digelar, merupakan kesempatan bagia kaum muda mudi untuk menyatakan isi hati dan rasa cintanya dihari yang indah ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, simbol modern dari Valentine terkarakterisasi dalam wujud kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Sejak abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. Karena itu, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) menaksir bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Perayaan Hari Valentine pun dianggap sebagai hari raya terbesar kedua setelah Natal dengan menjadikan ukuran banyaknya jumlah kartu-kartu ucapan yang dikirim.
Di Amerika Serikat sejak pada paruh kedua Abad XX, tradisi bertukaran kartu antara pria dan wanita menjadi sangat ramai termasuk di antaranya pemberian segala macam hadiah. Sebut saja bunga yang kerap dijadikan buah tangan adalah jenis mawar dan tidak jarang pula ada yang menjadikan cokelat sebagai hadiah. Sekadar digambarkan bahwa kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal di negara ini setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 - 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima.
Peringatan Hari Valentine kemudian tidak hanya menyuburkan industri kartu ucapan, akan tetapi sejak era 1980-an industri berlian ikut ambil bagian. Maksudnya, bahwa industri ini ikut mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan. Demikian pula jenis perhiasan lain dan benda-benda berharga yang dapat dijadikan sebagai hadiah atau kado.
Sebuah contoh dapat dikemukakan antara lain, di Jepang Hari Valentine muncul karena marketing besar-besaran. Pada hari yang dianggap romantis ini, para wanita memberikan teman pria mereka sejumlah permen cokelat. Meskipun demikian, hal yang menarik dari tradisi ini ini yakni pemeberian cokelat tersebut tidak dilakukan secara sukarela tetapi sebuah kewajiban terutama yang dituntut adalah mereka yang bekerja di kantor-kantor.
Sebagai suatu kewajiaban, maka mereka tidak tanggung-tanggung memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka dengan harga yang ditaksir cukup mahal. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Satu bulan kemudian yakni 14 Maret adalah hari balasan yang juga akrab disebut “Hari Putih”(White Day) tiba. Pada hari inilah para pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine sebulan yang lalu, diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Indonesia sendiri, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga telah menjadi tradisi dan kegemaran sejak lama. Bahkan tradisi yang berasal dari daratan Eropa ini, tampak telah menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Bahkan hari kasih sayang yang awalnya dirayakan sebagai momentum berbagi berbagi kasih dengan pasangan, orang tua, orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan anjangsana ke berbagai panti asuhan, pun telah mengalami pergeseran nilai.
Di tangan kaum muda (generenasi sekarang) Valentine’s Day tampak mengalami disorientasi makna, sehingga tidak jarang peringatan hari yang dianggap bersejarah ini dilakukan dengan serangkaian acara yang tidak terpuji. Bahkan ada yang telah “menuduh” peringatan hari yang romantis ini sebagai paket misi agama tertentu yang dikemas dalam produk tradisi, padahal secara historis hari kasih sayang ini telah mengakar secara integratif dalam masyarakat lintas agama.
Apakah tradisi peringatan Hari Valentine yang telah mengalami disorientasi makna ini harus dianggap sebagai berhala modernitas yang harus disingkirkan secara eliminatif dalam kehidupan kita?. Saya kira tidak harus, sebaliknya tetap merawatnya sebagai sebuah warisan sejarah dengan mengembalikannya pada makna sesuai tradisi aslinya.**

1 komentar:

  1. Where to Play Baccarat - FEBCASINO
    A classic casino table game has become a popular part of You will also find in table games 바카라 조작 such as blackjack, craps, roulette, and video poker

    BalasHapus